Inilah Deretan Ulama Kritik 'The Santri', Ustaz Somad Sampai Buya Yahya
Di Kutip dari, haibunda.com-Trailer film The Santri menuai kontroversi bagi sejumlah pihak. Beberapa di antaranya ulama besar. Film yang produksinya diinisiasi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan disutradarai Livi Zheng ini mendapat kritik karena tak sesuai dengan adab santri sesungguhnya.
Dalam ceramah, Ustaz Abdul Somad turut mengomentari trailer film tersebut. Baginya ada cuplikan yang tak sesuai ajaran Agama Islam. Seperti masuk ke rumah ibadah orang lain, masalah laki-laki dan perempuan berdua, saling pandang.
"Saya tidak tengok filmnya sampai habis, baru lihat trailer-nya. Tapi di dalamnya itu yang bisa saya komentari pertama masuk ke rumah ibadah, karena nabi tak mau masuk rumah ibadah kalau di rumah itu ada patung berhala. Dalam Islam, mahzab syafii mengharamkan masuk ke dalam rumah ibadah yang di dalamnya ada berhala," kata Ustaz Abdul Somad dalam video ceramahnya yang beredar di YouTube.
Soal adegan santriwati yang memberikan tumpeng dan masuk gereja, Ustaz Abdul Somad menegaskan sebenarnya Islam tak perlu diajari bagaimana berinteraksi sosial dengan saudara non muslim. Namun, urusan ibadah, ritual tak ada tawar menawar (soal toleransi).
Baginya, banyak orang zaman sekarang tak bisa membedakan toleransi. Hanya karena toleransi, kata Ustaz Abdul Somad, kita bisa mengorbankan keyakinan akidah. "Orang pesantren pun ketika nonton itu, ini bukan anak pesantren. Anak pesantren tak begitu," jelasnya.
Sementara itu, menurut KH. Luthfi Bashori, di pesantren sesungguhnya tak ada istilah campur aduk laki perempuan. Apalagi duduk dalam satu majelis, jalan bersama-sama, seperti di film. Ia kritik The Santri karena tak ada ajaran santri yang perbolehkan laki-laki dan perempuan jalan bersama.
"Yang benar itu terpisah antara laki dan perempuan. Kalau pun ada jemaah perempuan maka di tempat yang lain ada pembatas," kata KH. Luthfi Bashori
KH. Luthfi Bashori juga komentari adegan rumah ibadah lain. Sepengetahuannya, ia tak melihat sekeliling pesantren ada rumah ibadah lain. Tak ada gereja, pura, vihara di sekitar pesantren sesungguhnya.
Di kesempatan yang berbeda, Habib Taufiq Assegaf memberi ceramah pada jemaatnya, kalau ingin tahu tentang santri sebenarnya, lebih baik baca kitab Hidayatul Hidayah. Di film The Santri, gambaran santri yang sebenarnya tak seperti itu. Santri yang sesungguhnya adalah orang yang mencari manfaat.
"Namanya judul, enggak usah diikuti, seharusnya Anda enggak boleh mengecoh nama santri. Kalau mau tahu santri baca kitab Hidayatyul Hidayah, bagaimana cara menjadi ustaz, santri, bukan ada di film itu. Bukan itu gambaran santri, santriwati, kalau mau tahu tentang santri baca kitab Hidayatul Hidayah. Di situ diterangkan oleh Imam gazali bagaimana Anda menjadi santri sesungguhnya" ujarnya.
Di sisi lain, Buya Yahya yang belum nonton trailer film The Santri, memberikan tanggapan. Katanya, kalau pun ada yang membuat film tentang pesantren, maka si pembuat film harus kenal dengan pesantren. Bukan penulis skenario, sutradara yang hanya membidik pasar.
"Karena ini lagi ramai-ramainya gerakan hijrah, Yuk, bikin film tentang hijrah, padahal dia enggak kenal hijrah, enggak bisa begitu. Dia akan bohong nanti bahkan naudzubillah akan dimasukkan misi-misi yang tidak baik. Artinya membuat film boleh asal memerhatikan rambu-rambu, referensi akan dijadikan sandaran membuat film, proses benar," ujarnya dalam video ceramah yang diunggah di YouTube.
Kata Buya Yahya, jika ada urusan dengan pesantren harus benar-benar menampakan karakter santri. Kalau film tidak menampilkan maka yang 'rusak' banyak. "Di mata umat ini semua membaca seolah pesantren seperti itu berarti fitnah, yang katanya film membangun akan merusak, karena dia telah menampilkan wajah pesantren dengan cara yang salah dan hanya ingin merusak pesantren," tegasnya.
Sumber Berita : haibunda.com
Simak juga sekilas tentang film The Santri melalui video berikut: