Cendekia Boarding Profil
Cendekia Boarding Profil
We are local-based non-profit organitation
called Pondok pesantren cendekia Darul Lutviyah Murni/Cendekia Boarding School.
This School was founded in 2013 but we have been working long before it. This
school build by Dr. Mugni, Master Education.
Cendekia Boarding School is located near
of majestic rinjani Valley, at Aiklomak Toya Village-Aikmel District.
Latar Belakang
Ada beberapa alasan mengapa Cendekia
didirikan, di antaranya:
1.
Pada bulan Oktober 1992
saya selesai kuliah di FKIP Universitas Mataram dan Nopember 1992 saya mulai
mengajar di Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor. Pada bulan Januari 1993, saya
diterima menjadi dosen di STKIP Hamzanwadi Pancor (kini Universitas Hamzanwadi)
dan pada bulan Juni 1993 saya diajak menjadi dosen di STIT Hamzanwadi Pancor
(kini Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor) oleh Ketua STIT
Hamzanwadi saat itu Bapak Drs. H. Abdul
Hayyi Nu’man. Perkenalan saya dengan ketua STIT Hamzanwadi ini atas rekomendasi
dari Kepala Madrasah Aliyah Mu’allimin
NW Pancor saat itu, Bapak Drs. H. Sahafari Asy’ari. Di STIT Hamzanwadi dan di
Madarasah Aliyah Mu’allimn NW Pancor seluruh kemampuan saya tentang pendidikan
saya usulkan dan aplikasikan sehingga
saya kelihatannya sangat aktif dan sibuk karena banyak kegiatan yang sebelumnya
tidak ada menjadi ada di sekolah dan di kampus tersebut. Dalam keaktifan ini
sepertinya pimpinan memberikan apresiasi sehingga saya diusulkan ke yayasan
menjadi Wakil Kepala Urusan Kesiswaan pada Madrasah Aliyah Mu’allimin NW Pancor
dan menjadi Pembantu Ketua III Urusan Kemahasiswaan pada STIT Hamzanwadi
Pancor. Dalam keaktifan saya di kampus ini ternyata diperhatikan juga oleh
salah seorang dosen STIT Hamzanwadi dan tokoh Nahdlatul Wathan, yakni Bapak
Drs. H. Syihabudin Rahman Kelayu. Satu
malam setelah magrib di rektorat Kampus STIT Hamzanwadi/ruang dosen beliau memanggil
saya dan mengajak saya ngobrol tentang
kampus, madrasah, dan organisasi. Dalam obrolan
ini, beliau bilang, “Pak Mugni, saat kami di Mu’allimin dulu Maulana
Syaikh sering sekali bilang, ‘Saya sangat bangga dan senang pada murid saya
yang bisa membangun madrasah’ Alhamdulillah, teman-teman di Mu’allimin dulu
rata-rata sudah punya madrasah. Saya sudah punya di rumah di Kelayu sekalipun
kecil, Pak Hayyi sudah punya juga di
rumahnya di Dasan Tumbu. Pak Mustamik sudah juga di rumahnya di Suralaga. Pak
Sahafari sudah punya juga di rumah di Penendem Keruak. Tapi Pak Mugni tidak perlu
mendirikan karena di Kalijaga kan sudah ada madrasah yang dibangung Tuan Guru
Saleh, tinggal Pak Mugni melanjutkan dan mengembangkannya saja”. Saya pun
langsung menyela, “Oh mudahan kita punya juga Ustad”. Beliau menyahuti,
“mudah-mudahan alangkah bagusnya”. Dalam tahap selanjutnya saya cukup akrab
dengan beliau. Bahkan saya telah mengangap beliau sebagai guru organsasi saya.
Saya sering bilang bahwa guru organisasi
saya di Nahdlatul Wathan ada 3, yakni Drs. H. Abdul Hayyi Nu’man, Drs. H.
Sahafari Asy’ari, dan Drs. H. Syihabudin Rahman. Beliau-beliau ini tidak pernah
mengajar saya di kelas karena saya tidak pernah sekolah di Pancor. Saya menjadi
abituren Nahdlatul Wathan dari Pondok Pesantren Darussholihin NW Kalijaga yang
didirikan oleh TGH. Muhammad Shaleh Ahmad. Di pondok pesantren inilah saya
menyelesaikan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Dari tahun 1994 SD. 2005
kami aktif di Pengurus Daerah NW Lombok Timur bersama ketiga tokoh Nahdlatul
Wathan ini. Bapak Drs. H. Abdul Hayyi Nu’man menjadi Ketua Umum, Bapak Drs. H.
Sahafari Asy’ari menjadi Sekretaris Umum, Bapak Drs. H. Syihabudin Rahman
menjadi Wakil Ketua dan saya menjadi Wakil Sekretaris. Setelah Bapak Drs. H. Abdul Hayyi Nu’man menjadi
Sekretaris Jenderal PBNW hasil Muktamar ke-10 di Praya, Ketua Umum Pengurus
Daerah NW Lombok Timur dijabat oleh Bapak Drs. H. Syihabudin Rahman dan Pak
Sahafari dan saya tetap pada jabatan semula. Apa yang disampaikan oleh Bapak
Drs. H. Syihabuddin ini tetap ada dalam benak saya bahwa satu saat saya
harus punya madrasah karena ingin juga
dibanggakan oleh Sang Maha Guru Al-Magfurulah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid sebagi pendiri Nahdlatul Wathan.
2.
Setelah sarjana saya aktif
ikut mendirikan madrasah Nahdlatul Wathan. Bahkan menjadi inisiator pendirian
SDI dan SMK NW serta 2 perguruan tinggi
Nahdlatul Wathan. Seluruh administrasi pendirian lembaga pendidikan dari
tingkat TK sampai dengan perguruan tinggi pernah saya lakukan dan mengurus/
menyelesaikan seluruh proses perijinan nya. Tetapi setelah saya menjadi
doktor dalam bidang pendidikan (Maret,
2012) cukup banyak konsep-konsep tentang pendidikan tidak bisa saya terapkan
dengan maksimal bila saya masih berada di bawah perintah orang lain karena konsep-konsep
itu harus di konsultasikan dulu. Bisa saja konsep yang saya ajukan tidak
diterima karena berbedanya sudut pandang/pengalaman atau perbedaan-perbedaan
yang lain. Banyak ahli yang bilang, “pengalaman adalah peristiwa masa lalu dan
di antara fungsi ilmu adalah prediksi masa depan. Masa lalu adalah pelajaran,
masa kini adalah kenyataan, dan masa depan adalah harapan”. Untuk mewujudkan
konsep-konsep tentang pendidikan (pondok pesantren) tersebut maka keinginan untuk mendirikan
madrasah (pondok pesantren) menjadi semakin tidak terbendung. Dengan bekal
keyakinan dan tekad yang mantap maka pada tanggal 17 Sya’ban 1434 H./26 Juni
2013 saya dirikan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel.
3.
Pendirian Pondok Pesantren
Cendekia di samping dengan 2 alasan di atas juga sebagai lokasi untuk
mengembangkan ilmu pendidikan. Cendekia sebagai lobarotarium untuk
meneliti/mengkaji setiap fenomena kependidikan yang muncul untuk pengembangan
ilmu pendidikan.
Pilihan
Nama
Banyak yang bertanya tentang nama pondok
pesantren ini. Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni Nahdlatul Wathan.
Dalam nama ini ada 3 kata yang perlu mendapatkan penjelasan, yakni (1) Cendekia;
(2) Lutviyah; dan (3) Murni. Cendekia adalah visi pondok ini, yakni Cerdas,
Ekonomis, Nasional, Demokratis, Kreatif, Indah, dan Amanah. Lutviyah adalah
gabungan dari nama kedua putri saya, yakni Siti Nurlaeli Lutviani Murni dan
Siti Olega Adawiyah Murni. Lutv....dari Lutviyani dan ....iyah dari Adawiyah.
Sedangkan Murni adalah gabung dari nama saya dan istri. Mugni dan Herni
Widiyanti. Dalam bahasa Arab, Lutviyah besal dari kata latif yang artinya
halus, lebut, damai. Sedangkan Darul artinya kampung atau desa. Jadi Darul
Lutviyah artinya kampung yang damai. Diharapkan juga warga pondok pesantren ini
menjadi orang-orang yang berhati halus dan bersikap yang lembut. Pondok
Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni Nahdlatul Wathan dibakukan singkatannya
menjadi Pontren Cendekia DLM NW Aikmel.
Pilihan
Lokasi
Saat berencana mendirikan pondok
pesantren, banyak tokoh-tokoh di kampung di Kalijaga menyarankan saya supaya
mendirikan di Kalijaga saja. Tetapi saya jawab bahwa di Kalijaga sudah ada
pondok pesantren dan bila mendirikan di Kalijaga konsep tentang pondok pesantren
sesuai dengan teori pesantren tidak akan bisa maksimal diwujudkan karena di
Kalijaga tidak banyak sumber air. Bila dipaksakan maka paling-paling akan
menggunakan sumur bor. Sumur bor akan memperbanyak pengeluaran untuk menggali
dan biaya listrik. Di samping itu sumur bor juga akan merugikan orang lain
karena akan membuat sumur dangkal milik warga akan menjadi kering. Sumur bor
akan menarik/menyerap air-air sumur dangkal lebih-lebih pada musim kemarau.
Untuk itu, saya harus mencari lokasi yang banyak air tetapi tidak keluar dari
Kecamatan Aikmel. Karena saya dilahirkan dan dibesarkan di Desa Kalijaga yang
merupakan salah satu desa di Kecamatan Aikmel. Bahkan menurut cerita
orang-orang tua di Kalijaga bahwa Desa Kalijlah desa induk di Kecamatan Aikmel.
Desa Aikmel yang telah mekar menjadi banyak desa saat ini yang salah satunya
Desa Toya merupakan bagian/wilayah Desa Kalijaga. Salah satu elemen pondok pesantren adalah
asrama. Kehidupan di asrama akan berjalan dengan baik bila didukung dengan
ketersediaan air yang memadai. Untuk itu, saya mencari lokasi yang banyak air.
Tentang perlunya sumber air yang menjadi kebutuhan utama di asrama juga
merupakan saran dari putri kedua saya “Siti Nurlaeli Lutviani Murni” yang
pernah mondok (nyantri) kala SMP. Putri saya bilang, “Kalau Bapak jadi buat
pondok pesantren, harus banyak air Pak, supaya tidak lama antri wudhu, mandi,
nyuci, dan lain-lain. Jadi santri bisa
didisiplinkan dan tidak bisa buat-buat alasan” Alhamdulillah Allah Swt. memberikan jalan dan ditemukan lokasi di
Dusun Aiklomak Desa Toya Kecamatan Aikmel. Dengan demikian, Pondok Pesantren
Cendekia DLM NW Aikmel berlokasi di Dusun Aiklomak Desa Toya Kecamatan Aikmel
Lombok Timur. Lokasi ini dikelilingi oleh 7 mata air, yakni (1) Mata Air
Aiklomak; (2) Mata Air Umalan Rengget; (3) Mata Air Aikmalang; (4) Mata Air
Aikbakang; (5) Mata Air Maloang; (6) Mata Air Aikbakong; dan (7) Mata Air
Umalang Seber. Mata air yang berada di
lokasi Pesantren Cendekia, yakni Mata Air Aiklomak (100 Meter), Mata Air
Umalang Rengget (nol meter), Mata Air Aikmalang (100 meter), dan Mata Air
Aikbakang (350 meter).
Maksud
Di antara maksud pendirian Pondok
Pesantren Cendekia DLM NW sebagai berikut :
1.
Pondok pesantren ini
dibangun dengan menggunakan konsep pondok pesantren yang asli, yakni lembaga
pendidikan Islam yang di dalamnya ada 5 elemen, yakni asrama, santri, masjid,
kajian kitab, dan kiyai (tuan guru/ustad/pengasuh). Pondok pesantren yang
menjalankan fungsi dasarnya, yakni transper ilmu-ilmu keislaman, pelestarian
tradisi keislaman, dan reproduksi ulama. Untuk itu, hal utama yang dilakukan
oleh pondok pesantren adalah mengajar santrinya membaca Al-Qur’an. Pondok
pesantren Cendekia DLM NW ingin melaksanakan fungsi-fungsi tersebut. Tempat
belajar membaca Al-Qur’an, tempat melestarikan tradisi Keislaman, dan mudahan
ada di antara santri yang belajar di Cendekia
menjadi ulama di masa depan.
2. Tantagan pendidikan di masa kini sangat
komplek. Dunia pendidikan telah banyak yang kehilangan jati diri untuk
melahirkan anak-anak yang berbudi luhur. Cendekia ingin mencetak generasi Islam
yang berbudi tinggi dan siap bersaing di era global. Mereka siap memasuki dunia
global dengan budi, ilmu dan kemampuan berbahasa internasional.
3. Saya sering bilang,
“sebagai orang NW maka putra-putri kita harus pernah sekolah di
sekolah/madrasah NW. Ini langkah kita untuk mewariskan NW kepada keturunan kita
sesuai dengan bai’at yang telah kita ikrarkan sesuai dengan harapan Maulana
Syaikh. Tapi banyak orang NW tidak menyekolahkan putra putrinya di sekolah/madarsah
NW. Alasannya macam-macam, di antaranya sekolah NW tidak bermutu, tidak mampu
bersaing dengan sekolah-sekolah negeri atau sekolah swasta yang dikelola oleh
organisasi lain. Cendekia ingin memberikan jawaban atas sikap apreori tersebut.
Seluruh sekolah bermutu “mahal”. Pada sekolah-sekolah bermutu itu “orang NW”
siap membayar. Mengapa di sekolahnya sendiri tidak siap? Putra-putri orang NW
harus pernah sekolah di sekolah/madrasah NW supaya mereka tau tradisi NW,
seperti hiziban, sholawat nahdlatain, doa pusaka (robbanafanabima), dan
HULTAH NWDI. Inilah tradisi utama Nahdlatul Wathan warisan Muala Syaikhh.
Bukankah salah satu fungsi utama pondok pesantren adalah pelestarian tradisi
keislaman. Jadi salah satu fungsi fungsi utama pondok pesantren Nahdlatul Wathan
adalah pelestarian tradisi ke-Nahdlatul Wathan-an. Cendekia akan lebih bermutu
bila wali santri siap untuk “membayar”. Saya juga sering bilang, terutama
dihadapan mahasiswa bahwa sekolah murah apalagi gratis itu... tidak bermutu.
Lingkungan Cendekia yang merupakan karunia Allah Swt. sangat mendukung untuk
membangun sekolah/madrasah bermutu. Cendekia menjadi alternatif pilihan bagi
jamaah NW dalam menyekolahkan putra-putrinya. Tapi Cendekia bukan hanya untuk
anak-anak jamaah NW melainkan untuk semua umat Islam. “Niat belajar yang utama.
Nahdlatul Wathan akan jadi pagarnya”.
0 Response to "Cendekia Boarding Profil"
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Sesuai dengan Judul Artikel......!!